Teror di Balik Tirai Kain Tua: Mengungkap Rahasia Kelam

Teror di Balik Tirai Kain Tua: Mengungkap Rahasia Kelam post thumbnail image

Bagian 1: Tirai Usang yang Berbicara

Teror di Balik Tirai Kain Tua pertama kali tercium ketika aku memasuki ruangan berpilar tua itu. Kemudian, saat langkah kaki berderak di atas papan kayu lapuk, kepalaku terasa berat seolah ada sesuatu yang menempel di ubun‑ubun. Sementara lampu gantung bergetar pelan, aku menoleh—namun tirai tebal berwarna pudar masih diam di sudut ruangan. Sedangkan udara dingin tiba‑tiba menyergap leherku, mengundang bulu kuduk untuk berdiri. Hingga akhirnya aku berani mengulurkan tangan untuk menyentuh kain itu, lalu merasakan tekstur kasar yang tak wajar: seperti serat rambut manusia, bukan kain biasa.

Bagian 2: Bisikan dari Masa Lalu

Selanjutnya, keganjilan mulai muncul. Meskipun aku berusaha tenang, bisikan samar merayap dari balik lipatan tirai. “Tolong… lepaskan aku…” Suara itu lembut, hampir seperti ratapan anak kecil yang kesakitan. Namun, kata demi kata semakin nyaring, seolah ada jiwa tak berdaya terperangkap di sana. Walaupun nafasku tertahan, aku mendekat, hanya untuk melihat bayangan hitam samar menari di bawah kain. Sementara rasa takut menggulung dada, aku termangu: apakah ini halusinasi atau kenyataan?

Bagian 3: Jejak Darah di Lantai Kayu

Beberapa menit kemudian, aku menyingkirkan tirai—dan sangat kaget saat melihat bercak darah segar membentuk jejak ke sudut ruangan. Padahal, aku belum menemukan bekas luka di sekitarku. Lalu, napasku memburu ketika sadar bercak itu bergerak perlahan, menetes tanpa henti. Kemudian aku menepi, gemetar, namun naluri memaksaku mengikutinya. Hingga aku terperangah: darah berhenti tepat di bawah sebuah lukisan usang, menggambarkan seorang wanita berpakaian pengantin. Wajahnya pucat pasi, senyumnya tertekuk miring, seolah menyembunyikan amarah.

Bagian 4: Tatapan Tanpa Wajah

Tiba‑tiba, lukisan itu bergetar, dan dalam sekejap, wanita di kanvas menghilang—digantikan oleh ruang kosong yang mencekam. Sementara aku berusaha mundur, sosok bayangan muncul di belakangku, memantulkan tatapan kosong di cermin retak. Meski aku tak melihat wajahnya, aku merasakan matanya menusuk. Namun sebelum aku sempat berteriak, bayangan itu menghilang. Selanjutnya, hanya kesunyian yang tersisa, menambah kengerian yang tak terperi.

Bagian 5: Teror yang Membara

Lalu, pintu berderit perlahan, memanggilku untuk menyelidik lebih jauh. Hingga aku tiba di lorong panjang yang dipenuhi tirai kain tua berjajar. Meski satu saja sudah menakutkan, ratusan tirai itu seperti barisan mayat berdiri menanti. Kemudian, salah satu tirai terangkat perlahan, memperlihatkan sosok berbaju putih dengan tangan menjulur. “Kembalikan aku…” Suara itu kini menjadi jeritan yang memekakkan telinga. Aku terpaku, sementara nyaliku ciut, dan peluh dingin menetes di pelipis.

Bagian 6: Pencabutan Kutukan

Selanjutnya, aku teringat catatan tua yang kubawa: ritual pembebasan jiwa tersiksa dengan menyalin namanya ke atas kain baru. Namun kata demi kata musti diucap dengan nyanyian kuno. Maka, dengan tangan bergetar, aku meraih buku sumpah. Kemudian aku membacakan mantra yang tertera, diiringi gemuruh halus dari tirai di sekelilingku. Hingga akhirnya, satu per satu tirai terkoyak, dan sosok di dalamnya menghilang dalam ledakan cahaya kelabu. Kemudian suara jeritan sirna, digantikan suara gemuruh seperti angin badai.

Bagian 7: Keheningan yang Menyisakan Luka

Akhirnya, semua tirai tersingkap dan ruangan kembali sunyi. Namun telingaku masih berdengung, seperti gema teror yang sulit dihapus. Batinku hancur oleh apa yang kuminumum dalam darah dingin ritual itu. Meskipun jiwa-jiwa terperangkap telah terbebas, aku tahu bahwa bayangan kelam akan selalu menempel pada tirai usang ini. Kemudian, sebelum aku keluar, aku menyeka noda darah yang masih menetes di lantai—tanda bahwa meski kutukan tercabut, jejak teror di balik tirai kain tua akan terus merayap di ingatan.

Berita Terkini : Wanita Ditemukan Tewas dalam Mobil di Bali: Ada Luka di Leher

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post