Suara dari Sumur bukan sekadar dongeng menakutkan; ia adalah jeritan yang terperangkap di kedalaman bumi dan meronta mencari pendengar. Pertama-tama, aku menyentuh bibir sumur tua itu dengan jemari dingin, lalu merasakan getar halus dalam keheningan. Namun, rasa penasaran memaksaku menunduk, dan aku menyadari bahwa di balik kegelapan, bisikan itu menungguku.
Awal Penyelidikan yang Berbahaya
Pertama-tama, aku menemukan buku catatan tua milik kakek di loteng rumah. Namun, catatan itu hanya berisi coretan samar: “Jangan dengar ketika ia memanggil”. Selanjutnya, aku menelusuri pekarangan belakang rumah, di mana terdapat sumur bersejarah yang sudah lama terbengkalai. Meskipun demikian, aku merasa tertarik sekaligus ngeri. Oleh karena itu, aku mempersiapkan senter dan memanggul tas berisi alat perekam.
Bisikan Pertama
Kemudian, ketika aku mendekati bibir sumur, udara sekitarnya tiba-tiba berubah dingin. Selain itu, pepohonan di sekeliling berdesir tanpa angin. Oleh karena itu, aku menunduk dan menempelkan perekam ke bibir sumur, berharap mendapatkan bukti. Tidak lama kemudian, sebuah suara lembut namun menusuk muncul: “Tolong… keluarkan aku…” Suara itu serak, seolah berasal dari tenggorokan yang kehabisan napas.
Kenangan Kelam di Masa Lalu
Sementara itu, pikiran tentang sejarah rumah mengalir deras. Dahulu, sumur ini digunakan untuk ritual sesat oleh penghuni lama yang menghilang tanpa jejak. Selain itu, dalam sebuah surat kabar tua, disebut bahwa sepasang suami istri ditemukan tewas mengambang di dasar sumur—nyawa mereka terkuras oleh sesuatu yang tak terlihat. Dengan begitu, aku menyadari bisikan itu bisa jadi adalah jeritan arwah yang terperangkap.
Kesaksian Tetangga yang Menyentak
Setelah itu, aku menemui Pak Rudi, tetangga paling tua di kampung. Namun, saat kutanya tentang suara dari sumur, matanya berkaca-kaca. “Dulu aku juga mendengar bila malam tiba,” katanya dengan suara bergetar. “Bisikan itu memanggil namaku, hingga aku kabur berhari-hari tanpa henti.” Mendengar itu, bulu kudukku meremang, namun aku semakin yakin bahwa aku harus tahu kebenarannya.
Penyelaman Lebih Dalam
Kemudian, aku menyiapkan tali dan lentera minyak. Selanjutnya, aku menuruni tebing tanah yang licin menuju mulut sumur. Pada saat itu, lentera berayun mengikuti setiap langkahku, sedangkan suara tetesan air bergema semakin keras. Meskipun begitu, setiap kali aku menoleh, hanya kegelapan yang menatap balik.
Pertemuan dengan Akhir
Kemudian, ketika kakinya menyentuh air setinggi mata kaki, bisikan semakin jelas: “Cepat… keluarkan aku…” Namun, aku tidak melihat apa-apa selain air keruh yang berkilau di sinar lentera. Selain itu, di dasar yang tak terlihat, ada bayangan samar bergerak pelan. Mendadak, tali yang kugenggam bergetar, menandakan ada sesuatu yang menariknya ke dalam.
Teror Menjelang Kehilangan Kendali
Kemudian, aku menarik napas dalam-dalam dan mencoba menahan rasa takut. Namun, bayangan di dasar sumur muncul ke permukaan: sosok perempuan berambut basah, wajahnya terlubangi oleh radiasi kelam, dan matanya kosong menatapku dengan lirih. Dengan tenang tapi menggema, ia berbisik: “Aku tak bisa keluar sendiri…”
Keputusan yang Menyelamatkan
Pada saat itu, naluri bertahan hidupku mengalahkan rasa penasaran. Selanjutnya, aku menarik diri mundur dengan cepat, melepas tali, dan berlari menanjak keluar dari sumur. Namun, di bibir sumur, terasa pekatnya aura sedih yang melekat di bawah kakinya. Selain itu, suara tawa serak berganti tangisan pilu, memburu langkahku.
Pelarian Panjang di Tengah Malam
Sementara itu, malam kian larut dan kabut turun menutup pekarangan. Oleh karena itu, aku berlari menuju rumah dengan napas terengah-engah. Setiap langkah menancap cepat, seolah tanah ingin menahan kakiku. Kemudian, ketika aku menoleh satu kali, aku melihat sosok perempuan itu berdiri di tepian sumur, melambaikan tangan dengan senyum sinis.
Kebangkitan Kesadaran
Namun, ketika aku mencapai pintu rumah dan menguncinya, aku mendengar bisikan terakhir yang menusuk: “Aku akan menunggumu… selamanya.” Dengan gemetar, aku menyalakan lampu, tetapi bayangan hitam menari di dinding, mengingatkanku bahwa suara dari sumur tak pernah benar-benar berhenti.
Akhir yang Menghantui
Akhirnya, pagi datang dengan suara ayam berkokok, namun aku tahu kebenaran pahit ini akan terus menghantui. Meskipun sumur kembali sunyi, suara dari sumur itu masih terngiang di kepalaku—menjadi bisikan abadi yang menunggu korbannya berikutnya. Oleh karena itu, jika kau pernah mendengar bisikan dalam gelap, berhati-hatilah; mungkin arwah yang tersiksa memanggil namamu dari kedalaman yang tak pernah terjamah.
Gaya Hidup : Pola Makan Sehat untuk Mengurangi Risiko Kanker