Aku tidak pernah mempercayai mitos-mitos seputar cermin—tentang dunia lain, roh yang bisa keluar masuk, atau bahkan pengganti diri kita yang mengintai dari balik pantulan. Tapi itu sebelum aku mengalami semuanya sendiri.
Namaku Rani. Dan aku akan menceritakan sesuatu yang bahkan aku sendiri masih tidak yakin bagaimana bisa terjadi.
Awalnya Hanya Rasa Penasaran
Di rumah nenekku, ada satu kamar yang selalu ditutup. Katanya itu kamar dari adik nenek yang hilang puluhan tahun lalu tanpa jejak. Di dalam kamar itu, berdiri sebuah cermin tinggi berbingkai emas tua. Tidak ada yang pernah menyentuhnya, dan cermin itu tertutup kain putih.
Saat menginap di rumah nenek, rasa penasaran menuntunku masuk ke kamar itu. Aku sendirian. Lampu temaram. Dan entah kenapa… aku membuka kain penutup cermin itu.
Yang terlihat di dalamnya bukan cuma pantulan diriku—tapi juga bayangan seseorang berdiri di belakangku. Tapi saat aku menoleh, tak ada siapa-siapa.
Cermin yang Menarikku Masuk
Aku terpaku menatap ke dalam cermin. Rasanya seperti hipnotis. Lalu tanpa sadar, tanganku menyentuh permukaannya. Tapi bukan permukaan keras seperti biasanya. Tanganku masuk ke dalamnya, seperti menyentuh air.
Dan sebelum aku bisa menarik kembali tanganku, seluruh tubuhku tertarik masuk.
Dalam sekejap, aku sudah berada di dalam dunia yang sangat mirip dengan rumah nenek—tapi ada yang aneh. Semuanya terlihat pucat, seperti dunia tanpa warna. Udara terasa berat, dan cermin itu… menghilang.
Aku sudah berada di sisi lain.
Dunia yang Sama Tapi Tidak Sama
Di dunia itu, rumah nenekku terlihat sama persis. Tapi semuanya seperti mati. Tidak ada suara burung, tidak ada angin. Dan lebih menyeramkan lagi, ada diriku sendiri di dalam rumah itu.
Dia berjalan, berbicara pada nenek, tertawa seperti aku. Tapi jelas itu bukan aku. Itu adalah “aku” yang keluar saat aku masuk ke cermin.
Aku mencoba berteriak, memanggil, mengetuk kaca jendela dari luar. Tapi tak ada yang bisa mendengarku. Aku benar-benar tidak terlihat. Tidak terdengar. Seolah aku hanya bayangan.
Waktu yang Tidak Bergerak
Hari demi hari di dunia cermin terasa aneh. Tidak ada malam. Matahari selalu menggantung di satu posisi, redup dan tidak bersinar terang. Aku mulai bertemu makhluk-makhluk tanpa wajah, berjalan di luar rumah. Mereka tidak menyerang, tapi mereka melihatku—dan entah kenapa, mereka seolah tahu aku bukan milik dunia ini.
Aku mencari jalan keluar, mencoba menemukan kembali cermin itu. Tapi tak ada apa-apa. Semua cermin yang kutemukan di dalam rumah hanya memantulkan dunia cermin ini, bukan dunia nyata.
Pengganti yang Sempurna
Suatu malam (atau entah kapan, karena waktu di sana tak berubah), aku melihat “diriku” yang palsu duduk di depan cermin kamar itu, menatap ke dalam.
Dan dia berkata, “Terima kasih, sudah bertukar tempat. Dunia ini sudah milikku sekarang.”
Aku menjerit. Tapi suara itu hanya memantul dalam sunyi.
Tidak Ada Jalan Keluar
Kini aku mengerti. Cermin itu bukan hanya benda mati. Ia adalah gerbang, dan setiap gerbang butuh pengganti. Seseorang harus masuk, agar yang lain bisa keluar.
Aku telah menjadi bayangan, sementara bayanganku menjadi nyata. Aku tidak tahu berapa lama aku akan di sini. Tapi satu hal yang pasti: jangan pernah menatap cermin terlalu lama.
Karena mungkin, yang di dalam cermin bukan cuma pantulanmu.
Mungkin dia sedang menunggu… kamu lengah.
Penutup
Cerita ini bukan hanya tentang horor, tapi tentang bagaimana realitas bisa berubah dalam sekejap. Jangan abaikan hal-hal kecil yang terasa “tidak biasa.” Karena siapa tahu, dunia cermin bukan sekadar mitos.
baca juga artikel Cerita Horror Lainnya