Sakti di Bawah Sembur Air Memanggil Arwah yang Terlupakan

Sakti di Bawah Sembur Air Memanggil Arwah yang Terlupakan post thumbnail image

Bisikan Kedalaman

Sakti di bawah sembur air sudah lama menjadi legenda menakutkan di desa terpencil itu. Pada malam gelap tanpa rembulan, penduduk setempat justru mendengar jeritan halus keluar dari kolam kuno yang tak terawat. Sesungguhnya, semua bermula ketika air yang menyembur dari dasar gua meneteskan gema suara aneh—seolah ada sesuatu yang bertekad kembali ke dunia. Kemudian, satu demi satu, keberanian para pemuda tergerus oleh rasa penasaran membara terhadap sakti di bawah sembur air, hingga akhirnya mereka nekat mendekat.

Kedatangan Tamu Malam

Setelah hujan lebat mereda, Dimas, Sari, dan Toni berkendara menuruni jalan setapak menuju sumber air tua itu. Meskipun awan mendung masih menggantung, mereka tak bergeming. Bahkan ketika lampu mobil mereka bergoyang, Sari menegaskan untuk tetap melanjutkan perjalanan. Selanjutnya, mereka menyiapkan perbekalan seadanya: beberapa lilin, borr, dan peta kuno yang konon menunjukkan letak batu prasasti berbahaya.

Pintu Gerbang Terlarang

Sesampainya di lokasi, Dimas menyapu pandangan ke seluruh penjuru. Namun, segala keheningan itu justru membuat mereka terdiam. Pintu gerbang kayu lapuk terbuka setengah, sementara dinding batu diselimuti lumut pekat. Padahal prasasti yang terpahat di atas gerbang memperingatkan: “JANGAN BANGKITKAN SAKTI DI BAWAH SEMBUR AIR”. Meski demikian, rasa penasaran kian membakar, hingga Toni mengajak langkah ke dalam koridor sempit yang dipenuhi kelelawar.

Cahaya Remang dan Detak Jantung

Kemudian, ketiganya tiba di ruang pertama, di mana lilin-lilin memancarkan cahaya gemetar. Sementara Dimas menaruh boroskop di mulut gua, Sari mencatat setiap retakan dinding. Selanjutnya, Toni menyalakan rekaman suara alam, berharap menangkap bisikan halus. Namun tiba-tiba, suara ketukan berat menggema, membuat mereka tercekat. Bahkan sebelum mereka bisa berpaling, air di sekam sempit mulai menyembur keluar—memberi isyarat bahwa kekuatan kuno tengah bangkit.

Pengorbanan Terpendam

Walaupun begitu, mereka terus maju. Hingga akhirnya menemukan prasasti kedua di dasar gua—berserakan darah yang mengering di antara ulir batu. Setelah itu, Toni membacakan cuplikan mantra kuno secara perlahan. Padahal, mantra itu ditulis dengan huruf kuno berlumut. Bahkan ketika suara Toni terhenti, suara jeritan perempuan terdengar memecah keheningan, menyiratkan roh yang terjebak di sakti di bawah sembur air tak senang diganggu.

Penampakan dalam Kabut

Selanjutnya, kabut putih tiba-tiba memenuhi ruangan sempit. Dinding gua meneteskan air yang berkilau kehijauan—seakan bercampur racun. Kemudian, dari balik kabut, sosok perempuan pucat muncul, rambutnya menjuntai basah dan matanya merah menyala. Meskipun mereka mencoba lari, teriakan roh itu menusuk telinga. Bahkan arus air di gua mulai berputar liar, menciptakan pusaran gelap di dasar kolam.

Duel di Atas Air

Setelah terkejut, Dimas menghunus cincin keramat yang ia bawa sejak kecil. Sesaat kemudian, cincin itu berpendar lembut—memberi mereka secercah harapan. Padahal, cincin itu dulu diwariskan oleh kakeknya yang pernah menghadapi makhluk gaib serupa. Selanjutnya, Sari dan Toni membantu mengusung Dimas ke atas bebatuan, sementara roh itu melesat menerobos semburan air. Namun berkat cincin, ia berhasil menahan gelombang mistis dan melancarkan doa perlindungan.

Pencabutan Kutukan

Kemudian, siraman air keruh berhenti tiba-tiba. Selanjutnya, mereka membaca rangkaian bait kuno yang tertulis di prasasti. Dengan lantang, Dimas mengucap setiap kata dan membiarkan cincin menyinari barisan huruf pahat. Bahkan ketika suara teriakan semakin menggerogoti keseimbangan jiwa, rutinitas itu tak terhentikan. Akhirnya, pusaran air di kolam memuntahkan air bersih—seolah mencuci segala kejahatan yang terperangkap.

Pamit Halus

Sesudah semua hening, sosok perempuan itu muncul sekali lagi—namun kini wajahnya tampak damai. Ia melambai perlahan, sembari menunduk hormat. Padahal sebelumnya ia mengamuk tanpa ampun. Bahkan selagi mereka menatap heran, roh itu melayang ke dalam semburan air perangkapnya, lalu menghilang untuk selamanya. Meskipun demikian, bekas bercak darah dan kabut tipis masih tersisa, mengingatkan mereka bahwa kekuatan sakti di bawah sembur air tak pernah benar-benar mati.

Jejak Tak Terhapus

Akhirnya, Dimas, Sari, dan Toni keluar dari gua menjelang fajar. Mereka menyaksikan semburat jingga di ufuk timur, meski jantung masing-masing masih berdegup kencang. Selepas itu, mereka sepakat menutup kembali pintu gerbang kayu agar tak ada lagi yang tergoda. Namun, meski mereka berhasil mencabut kutukan, bisikan air di gua itu kadang masih terdengar—mengisyaratkan bahwa misteri sakti di bawah sembur air akan terus bergaung dalam kegelapan.

Kesehatan & Gaya Hidup : Tips Penyembuhan Mencegah Asam Urat Sejak Usia Muda

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post