Public Restroom Horror: Jangan Pernah Ketuk Pintu Itu

Public Restroom Horror: Jangan Pernah Ketuk Pintu Itu post thumbnail image

Pagi yang Biasa, Tapi Tak Akan Pernah Sama

Aku tidak pernah menyangka pagi itu akan menjadi awal dari mimpi buruk dalam hidupku. Saat itu aku sedang dalam perjalanan menuju kantor, terburu-buru seperti biasa. Sarapan belum sempat masuk ke perut, dan yang paling mendesak: perutku melilit tak tertahankan. Dalam keputusasaan, aku memutuskan untuk singgah di sebuah rest area tua di pinggir jalan. Dari luar, bangunan itu tampak biasa saja—walau agak kusam dan tua. Tapi siapa sangka, aku akan menjadi bagian dari cerita public restroom horror yang tak akan pernah kulupakan.

Keputusan Sial: Masuk ke Toilet Paling Kanan

Setelah berjalan cepat melewati minimarket yang sepi, aku segera menemukan pintu bertuliskan “TOILET UMUM.” Bau menyengat menyambutku begitu pintu dibuka—bau pesing dan pembersih lantai yang basi bercampur menjadi satu. Aku mencoba untuk mengabaikannya. Ada tiga bilik toilet di dalam. Dua pintu tertutup rapat, dan hanya satu yang terbuka. Karena tak ingin menunggu, aku masuk ke bilik paling kanan. Tapi sebelum sempat menutup pintu, aku mendengar… ketukan.

Ketukan Pertama: Lembut dan Tidak Biasa

“Tok… tok…”

Ketukan itu sangat pelan. Seolah bukan berasal dari manusia. Aku diam, menunggu apakah ada suara lanjutan. Tidak ada. Mungkin hanya halusinasi, pikirku. Tapi saat aku duduk dan mencoba menenangkan diri, ketukan itu terdengar lagi.

“Tok… tok… tok…”

Lebih keras. Lebih cepat. Aku melihat ke bawah bilik, berharap tidak ada kaki seseorang di luar. Tapi kosong. Sepi. Bahkan tak ada suara air mengalir atau langkah kaki lain. Aku sendirian… atau seharusnya begitu.

Pintu Tengah: Sumber dari Ketukan Aneh

Ketika aku selesai dan mencoba keluar, aku melihat sekilas ke bilik tengah—yang pintunya tertutup sejak awal. Entah kenapa, rasa penasaran mengalahkan ketakutan. Aku mendekat. Ketika aku hendak menyentuh pintunya…

DUARRRRR!

Pintu itu bergetar hebat dari dalam, seolah seseorang menendangnya dari dalam. Aku melompat mundur dan hampir jatuh. Tidak ada suara. Tidak ada teriakan. Hanya diam.

Dan kemudian, pelan-pelan, pintu itu mulai terbuka sendiri… mengeluarkan bunyi creeeeak seperti dalam film horor. Tapi anehnya, tak ada siapa pun di dalam.

Bayangan di Cermin

Panik, aku buru-buru mencuci tangan dan menatap ke cermin. Tapi aku menyesal melakukannya. Di belakangku—bayangan hitam berdiri diam di bilik tengah, meski saat aku menoleh langsung, bilik itu kosong.

Mataku kembali ke cermin.

Bayangan itu makin dekat.

Aku tidak berpikir panjang. Aku berlari keluar dari toilet dengan jantung seperti dipukul palu. Tapi saat melewati pintu keluar, aku mendengar sesuatu dari belakang…

“…jangan ketuk pintu itu lagi…”

Investigasi: Cerita Lama dari Penjaga Tua

Masih gemetar, aku duduk di bangku luar dekat warung kopi rest area. Seorang penjaga tua menghampiriku, memperhatikan wajah pucatku.

“Kamu masuk ke toilet yang tengah, ya?” tanyanya.

Aku hanya bisa mengangguk pelan.

Ia duduk di sampingku dan mulai bercerita. Dulu, katanya, ada seorang wanita muda yang hilang di toilet itu. Ia dikunci hidup-hidup oleh pacarnya yang posesif setelah bertengkar hebat. Tidak ada yang tahu sampai berhari-hari kemudian tubuhnya ditemukan… sudah membusuk, terkunci dalam bilik tengah. Sejak itu, banyak orang mendengar ketukan, jeritan, dan bahkan melihat sosok wanita dengan rambut basah menutupi wajah.

Dan satu hal yang sama: semuanya mengetuk bilik tengah.

Kembali ke Sana… Demi Bukti

Kamu mungkin berpikir aku bodoh, tapi aku kembali ke sana seminggu kemudian. Bukan karena aku ingin, tapi karena aku merasa harus membuktikan bahwa kejadian itu nyata. Kali ini, aku membawa kamera kecil tersembunyi di saku.

Saat aku masuk, semuanya tampak biasa. Tidak ada ketukan. Tidak ada bayangan. Tapi saat aku mendekati bilik tengah dan menaruh tangan di pintunya… kamera dalam sakuku mendadak mati.

Dan kemudian terdengar suara dari dalam…

“Bilang sudah kubilang… jangan ketuk…”

Aku tak sempat kabur. Pintu toilet terkunci sendiri. Lampu padam. Aku menjerit sekeras-kerasnya… dan entah bagaimana, aku terbangun di luar—duduk di tanah, tubuh berkeringat, kamera patah.

Rekaman terakhir hanya memperlihatkan satu hal: bayangan berdiri di balik pintu tengah… dan matanya menatap lurus ke kamera.

Penutup: Pelajaran yang Terlambat

Sejak hari itu, aku tak pernah masuk toilet umum sendirian lagi. Setiap kali aku melihat tiga bilik, aku selalu menghindari yang tengah.

Dan jika kau sedang membaca ini, ingatlah satu hal: Jangan pernah mengetuk pintu yang tertutup di toilet umum.

Karena yang di dalam… bisa saja bukan manusia.

Gaya Hidup : Jaga Kesehatan Mental: 7 Cara Merawat Diri Secara Emosional

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post