Bisikan di Balik Daun
Sejak kecil, penduduk desa Sunyi meyakini bahwa pohon beringin menyimpan rahasia gelap yang tak boleh diungkap. Namun belakangan, bisikan lembut berbaur jeritan, memancing rasa penasaran Andi—seorang pemuda pemberani yang tak percaya pada kisah nenek. Pada malam pertama di dekat pohon itu, ia merasakan hawa dingin membekap jiwa, seolah akar pohon merayap ke tulang. Teror mulai merangkak.
Langkah Pertama Menuju Kengerian
Pertama-tama, Andi datang ke pohon beringin saat matahari hampir tenggelam. Cahaya senja menari di antara ranting, menciptakan siluet menakutkan. Meskipun demikian, ia menancapkan senter ke tanah kering—ingin merekam fenomena gaib. Namun begitu lampu menyentuh lubang di batang, terdengar suara bisik: “Pergilah…”
Selanjutnya, Andi menahan napas. Pohon beringin menyimpan rahasia yang terpendam selama puluhan tahun. Suara bisik berubah jadi tawa serak—seakan makhluk tak kasatmata mengerumuni batang. Dengan gemetar, ia menekan tombol rekam, tetapi alat itu mati mendadak.
Jejak Darah di Tanah Kaki Pohon
Kemudian, kerlip lampu senter menyorot sebuah bekas jejak di tanah. Noda merah menggenang di sela akar—mirip bercak darah kering. Selain itu, terdapat potongan kain putih compang-camping. Andi teringat legenda: korban terakhir hilang di tempat ini tanpa jejak, kecuali selembar kain kafan.
Oleh karena itu, ia berlutut—membersihkan kain dengan hati-hati. Bau anyir menyengat hidung, membuat ia mual. Seketika, akar-akar bergeliat dan tanah bergetar. Ia terpaksa melompat mundur, tetapi tanah di belakangnya runtuh, menelan sebagian kain.
Bayangan yang Muncul di Tengah Kabut
Selanjutnya, kabut tipis menyelimuti pohon. Bayangan hitam berdiri di sela-sela dahan—mirip sosok wanita berambut panjang. Ia menatap Andi tanpa berkedip, bibirnya bergerak tanpa suara. Andi yang ketakutan mundur lagi, menabrak akar kasar.
Meskipun demikian, kakinya terjerat akar, membuatnya terjatuh. Saat pandangan menoleh ke atas, ia melihat tatapan kosong—seakan pohon itu hidup. Pohon beringin menyimpan rahasia yang sudah menunggu korban berikutnya.
Desahan dari Kedalaman Batang
Kemudian, ia merasakan getaran di pohon—desahan panjang memenuhi udara malam. Suaranya bergema seperti bayangan isi perut pohon yang memutar-mutar. Desahan berganti rintihan bayi, lalu tawa menjijikkan. Andi menutup telinga, berteriak, tetapi suara teror itu malah memantul makin keras.
Oleh karena itu, ia berupaya merangkak pergi. Namun, setiap kali ia menoleh ke belakang, bayangan itu berpindah—selalu mengikuti, namun tak pernah tampak jelas.
Ritual Kuno untuk Membuka Tabir
Tidak tahan dengan rasa penasaran, Andi melacak naskah kuno di rumah kepala desa. Dalam buku usang tertulis cara memecahkan kutukan: “Dahan yang meneteskan getah merah harus dipotong, lalu dibakar bersama tujuh kain putih dan tujuh pelita.”
Selanjutnya, ia mempersiapkan sesaji—minyak bunga, kain katun putih, dan pelita tanah liat. Semua harus dilakukan sebelum fajar. Ia kembali ke pohon, hati berdebar namun tekad membara.
Perburuan di Lorong Akar
Kemudian, saat Andi membelah dahan paling rendah, getah merah pekat memercik ke tanah. Bau anyir makin kuat, dan tanah di kaki pohon terbuka—membentuk lorong gelap. Dari lorong itu, terdengar tangisan anak kecil terkekeh.
Meskipun demikian, Andi menyalakan pelita satu per satu, menelusuri lorong akar yang membelit. Suara pohon beringin menyimpan rahasia terngiang di telinga. Lorong makin menipis, dinding akar menekannya hingga dada sesak.
Konfrontasi di Kedalaman Tanah
Selanjutnya, akhirnya Andi tiba di ruangan kecil bawah pohon—cahaya lampu pelita menyorot patung kayu sosok manusia setengah membusuk. Di sekeliling, hiasan kain putih berlumur darah. Sosok bayangan wanita itu muncul lagi, kali ini berdiri di samping patung.
Dengan gemetar, Andi mengucapkan mantra pembuka, lalu membakar kain dan patung kayu. Api menyala hebat, memuntahkan suara erangan dari batang pohon. Akar terbelah, menjerit, dan sosok bayangan melayang ke atas, menangis penuh dendam.
Pelepasan dan Warisan Teror
Akhirnya, ketika abu kain dan kayu tersebar di angin, pohon beringin meredup. Kabut menghilang, dan bisikan berhenti. Namun saat Andi menoleh, dahan pohon meneteskan getah—warna cokelat tua, menyerupai darah.
Dahan itu menetes satu per satu—mengingatkan bahwa pohon beringin menyimpan rahasia yang tak pernah benar-benar terbuka. Ketika fajar menjelang, Andi pulang dengan tubuh gemetar. Meskipun kutukan terangkat, jejak hitam di bawah akar tetap menyisakan cairan pekat—senjata pohon untuk mengingatkan generasi berikut: rahasia kelam itu abadi.
Kesehatan & Gaya Hidup : Minum Jamu Tradisional Tiap Hari, Sehat Alami!