Pintu Menuju Kamar Mandi Terkutuk: Ketakutan yang Terpendam

Pintu Menuju Kamar Mandi Terkutuk: Ketakutan yang Terpendam post thumbnail image

Awal yang Sepi

Pertama-tama, pintu menuju kamar mandi terkutuk berdiri sunyi di lorong sekolah tua itu. Meski lampu remang-remang berkedip tak menentu, suasana terasa begitu hening. Bahkan, langkah kaki yang menapak pun terdengar bergema tanpa jeda. Namun, diamnya lorong justru mengundang rasa penasaran yang keliru—karena sesungguhnya sepi sering kali menandakan kehadiran sesuatu yang lebih gelap. Selain itu, aroma lembab dan sedikit busuk menusuk hidung, seakan memberi peringatan: “Jangan coba-coba mendekat.”

Bisikan di Ambang Pintu

Kemudian, terdengar bisikan perlahan, seperti desah napas yang tercekik. Meskipun dinding memblokir suara, getaran bass-nya terasa di ujung telinga. Bahkan, seiring suara itu semakin jelas, rasa takut pun merambat ke setiap urat nadi. Sementara itu, bayangan samar terlihat menari di bawah pintu. Tanpa ragu, langkah kaki semakin mendekat, meski hati berontak menolak. Namun pada akhirnya, rasa ingin tahu memaksa tangan gemetar untuk menggapai gagang pintu yang dingin.

Kengerian yang Mengintai

Begitu pintu terbuka, hawa dingin menyergap seperti cakar es yang menusuk tulang. Selain itu, cahaya lampu yang tiba-tiba padam menjadikan ruangan gelap gulita. Akhirnya, di sudut ruangan, terlihat bekas noda merah mengering bak darah—menciptakan pemandangan yang benar-benar mengerikan. Meskipun nafas terasa tercekat, detak jantung seolah menari liar di dada. Namun, suara ketukan halus mulai terdengar dari balik dinding retak. Sementara ketukan itu semakin cepat, ketakutan tumbuh liar, menjerat akal sehat.

Bayangan Tanpa Wajah

Selanjutnya, di tengah kegelapan, sosok merayap perlahan ke arah sudut kamar mandi. Bahkan, bentuknya samar, tanpa wajah, membaur dengan kabut lembab. Meski begitu, tatapan kosongnya menyulut kengerian yang sulit diungkapkan kata-kata. Karena itu, langkah mundur pun tak terbendung. Namun tanpa disadari, pintu—yang tadi terbuka lebar—tiba-tiba terkunci rapat. Sementara jantung berdegup lebih kencang, rasa terasing pun mulai menguasai pikiran.

Jeritan yang Membeku

Lalu, terdengar jeritan panjang, memekakkan telinga sekaligus membekukan darah. Tak hanya sekali, jeritan itu berulang, bergema ke setiap sudut kamar mandi. Bahkan, suara air menetes di wastafel terdengar seperti tawa menggila. Meskipun berusaha menahan diri, tangan tak mampu menyentuh gagang pintu. Namun pada detik berikutnya, segala harapan untuk keluar pupus. Selain rasuk kegilaan, hawa di dalam semakin menyesakkan.

Perangkap Terakhir

Akhirnya, sorot lampu darurat padam total, menyisakan gelap sempurna. Tiba-tiba, suara langkah kaki memecah keheningan—bukan langkah yang mengenakan sepatu, melainkan kerikil yang berjatuhan. Bahkan, setiap langkah menimbulkan denting kosong yang menyayat jiwa. Sementara itu, bayangan tanpa wajah semakin mendekat, seolah siap merenggut jiwa. Namun, di ujung lorong, ternyata ada cermin retak yang memantulkan sosok itu secara terbalik—membingungkan dan menakutkan sekaligus.

Titik Akhir Teror

Pada akhirnya, satu kilatan cahaya merah menyilaukan muncul di balik cermin, dan bayangan itu menjerit final yang memekakkan. Meski tubuh menolak untuk berlari, kaki bergerak sendiri, berlari menembus gelap. Namun begitu keluar, pintu menutup sendiri dengan dentuman keras—menyisakan suara tetesan air terakhir yang terdengar seperti tawa seram. Akhirnya, lorong kembali sepenuhnya hening, seolah tak pernah terjadi apa-apa—kecuali teror yang akan terus membayangi siapa saja yang berani membuka pintu menuju kamar mandi terkutuk.

Sejarah : Sejarah Penaklukan Mongol dan Dampaknya pada Asia

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post