Pintu Kamar Itu Tertutup Sendiri Setiap Malam Tanpa Alasan

Pintu Kamar Itu Tertutup Sendiri Setiap Malam Tanpa Alasan post thumbnail image

Kengerian di Malam Pertama

Pintu kamar tertutup sendiri membuka lembaran teror yang tak pernah kubayangkan. Malam itu, ketika gelap mulai merayap, kudengar sendi-sendi kayu berderit perlahan. Seketika, pintu tua di ujung lorong itu menutup dengan sendirinya, memecah kesunyian yang seharusnya menenangkan.

Transisi demi transisi terdengar: dari detak jam yang terhuyung, beralih pada desir angin di balik jendela retak, hingga terdengar bisikan samar, “…jangan lewat sini…”

Bisikan di Balik Pintu

Sesaat setelah pintu kamar tertutup sendiri, aku merasakan hawa dingin menusuk tulang. Bisikan itu semakin keras, terdengar seperti suara seorang anak kecil menangis, namun ia terbungkus gema yang menggema di setiap sudut rumah. Keberanianku tergerus ketakutan, tetapi naluri ingin tahu memaksaku mendekat.

“Siapa di sana?” tanyaku tergagap.
Sebuah tawa tipis menjawab, memantul di dinding retak.

Transisi membawa pikiranku melayang: dari suara tawa mengerikan, tiba-tiba kupijak lantai kayu lapuk yang berderit keras, menolak berat langkahku.

Lorong Hitam yang Menganga

Langkah demi langkah, lorong gelap itu seolah hidup. Lampu koridor berkelip, beralih padam, mengundang bayangan melata di dinding. Setiap kali aku mencoba membuka pintu kamar, pintu itu menolak, seakan ada kekuatan tak terlihat menahannya. Pintu kamar tertutup sendiri, sekali, dua kali, berjeda beberapa detik, lalu kembali terkunci sendiri.

Perlahan, kesadaran akan keganjilan merayap: dinding tak hanya menahan suara, tetapi juga memantulkan jeritan batin. Setiap kali aku mendekat, pintu tertutup, dan bisikan semakin jelas: “Temui aku…”

Jejak Kaki Tanpa Jejak

Aku menelusuri lantai usang, mencoba menemukan jejak kaki—namun tak ada jejak, bahkan debu pun tak bergeming. Sensasi kehadiran itu menempel di kulit, seperti udara yang dibubuhi sumpah kuno.

Transisi emosional menghantui: rasa ingin tahu berganti ketakutan, lalu kembali rasa penasaran yang menguasai pikiranku. Pintu kamar tertutup sendiri membuatku meragukan kewarasan.

Kenangan yang Terlupakan

Tiba-tiba ingatan masa kecil menyergap—aku pernah dilarang mendekat kamar itu. Katanya, di sanalah dulu penghuninya mengakhiri hidupnya, tak terima dikhianati cinta. Semenjak itu, arwahnya konon gentayangan, menunggu seseorang membawa kunci damai.

Setiap malam, pintu kamar tertutup sendiri, seakan mengundang orang baru untuk menyelesaikan kisah kelamnya.

Puncak Teror

Pada malam ketiga, semuanya mencapai klimaks. Bisikan itu memanggilku dengan jelas: “Buka pintu… sebelum aku menemuimu.” Dengan tangan gemetar, kutarik gagang pintu berkarat. Namun yang terjadi adalah… tak ada apa-apa, kecuali ruangan kosong penuh debu dan tulisan pudar di dinding:

“Dia kembali malam ini.”

Saat aku menoleh, lampu di lorong padam total. Satu-satunya cahaya berasal dari celah pintu yang perlahan menutup. Pintu kamar tertutup sendiri menutup rapat—seakan menjeratku di ambang kematian.

Transisi akhir: keheningan, lalu terdengar detak jantungku sendiri, bergema menandai akhir tarian kengerian.

Inspirasi & Motivasi : Dari Karyawan Skincare ke Pemilik Brand Sukses

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post