Pada malam yang sunyi, kursi goyang tua di sudut ruang tamu berderit pelan ketika fajar mulai mengintip, sehingga menimbulkan ketegangan yang sulit dijelaskan. Namun, meskipun lampu masih remang dan debu beterbangan, kursi itu tetap bergoyang perlahan setelah adzan Subuh berkumandang, seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang menggerakkannya kembali. Oleh karena itu, setiap desah kayu tua yang bersentuhan menambah bulu kuduk meremang, apalagi ketika bayangan di jendela seakan ikut mendesah mengikuti irama goyangan kursi tersebut.
Cerita berikut ini akan membawa Anda menelusuri jejak jejak misteri yang menempel erat pada kursi goyang tua, gambaran betapa mudahnya ketakutan merayap ke dalam relung hati manusia. Dengan demikian, bersiaplah untuk merasakan aura suram yang memancar dari sudut kegelapan rumah usang ini.
Awal Mula Kengerian
Pada suatu siang menjelang senja, keluarga kami baru saja pindah ke rumah peninggalan kakek buyut di desa terpencil. Setelah meletakkan koper dan menyalakan lampu, tiba-tiba saya melihat sebuah kursi kayu dengan cat terkelupas, letaknya persis di sudut dekat jendela besar. Kemudian, hati saya terbesit sesuatu yang aneh: kursi itu tampak seperti baru saja ditinggalkan orang, padahal kami belum mendekat ke sana sama sekali.
Meskipun awalnya mengira itu hanya imajinasi semata, saya tetap mencatatnya dalam hati. Setelah itu, ketika malam semakin larut, terdengar suara ringan seperti gesekan kayu pada lantai. Bahkan, beberapa kali terdengar derit halus ketika desiran angin menembus sela jendela yang sudah lama tak dioles cat.
Kematian Misterius di Masa Lalu
Setelah menggali cerita lama, saya menemukan catatan kuno mengenai pemilik kursi tersebut—seorang kakek tua yang meninggal mendadak pada suatu Subuh. Konon, ia adalah sosok pencari ilmu hitam yang sering melakukan ritual di sekitar kursi itu. Oleh karena itu, banyak tetangga menghindar saat adzan Subuh, karena mereka percaya arwahnya gentayangan.
Akan tetapi, meski sudah lama diyakini mati, ia tak pernah berpindah tempat. Bahkan, sejumlah saksi mengatakan bahwa kursi itu mulai bergerak sendiri sejak saat kematiannya. Akibatnya, rumah tersebut menjadi terkenal angker di kalangan penduduk sekitar.
Teror Subuh Hari Pertama
Kemudian, datanglah malam pertama yang melelahkan setelah kami menempati rumah itu. Seketika alarm azan Subuh di ponsel berdering, lampu di ruang utama menyorot lembut. Tanpa disangka, kursi itu bergerak—perlahan namun pasti—menjalani goyangan searah jarum jam. Saya menahan napas, namun ketika detik demi detik berlalu, suara derit kayu menjadi semakin intens.
Ternyata, bukan hanya kursi yang bergerak. Oleh karena itu, bayangan samar terpantul di kaca, menyerupai sosok kurus dengan rambut acak-acakan, menatap lurus ke arah kursi. Selanjutnya, ketika azan selesai, kursi itu berhenti mendadak, lalu terdengar langkah kaki menapak lantai kayu menuju tangga. Namun begitu saya berani menengok, semua sudah sunyi.
Insiden Demi Insiden
Walaupun kami telah menutup rapat-rapat setiap jendela dan pintu, kejadian serupa terus berulang. Bahkan, salah satu tetangga yang mencoba membantu mengecek kondisi rumah dikejutkan oleh goyangan kursi tepat ketika suara azan subuh mereda. Padahal, ia belum sekalipun menyentuhnya.
Karena rasa takut semakin menjadi-jadi, saya pun memasang kamera di sudut ruang tamu. Lalu, esoknya, setelah merekam setiap sudut rumah semalaman, rekaman menunjukkan sesuatu yang mengejutkan: pada pukul 04.30 WIB, tiga menit sebelum adzan Subuh, semua lampu di rumah padam seketika. Kemudian, kursi itu mulai bergerak, disinari kilatan cahaya samar yang muncul di balik tirai tebal.
Rekaman yang Menyimpan Kengerian
Hingga akhirnya, ketika terbit fajar, saya memutar ulang rekaman itu dengan jantung berdebar. Ternyata, pada saat suara adzan bergema, sosok transparan yang menunduk di atas kursi seolah berbisik tak terdengar, lalu merentangkan tangannya, mengayunkan kursi ke depan dan ke belakang dengan kecepatan yang luar biasa. Dengan demikian, saya merasa seluruh rumah berguncang hebat.
Lebih menakutkan lagi, penampakan tersebut melemparkan bayangan panjang hingga ke dinding, membentuk sosok menyeramkan yang wajahnya tak pernah bisa saya lihat dengan jelas. Bahkan, ketika saya mendekat ke monitor, bayangan itu tampak seolah-olah menoleh, menatap saya melalui layar dengan mata kosong yang menusuk hingga ke relung hati.
Usaha Pengusiran Gagal
Karena kondisi semakin tak terkendali, akhirnya kami memanggil dukun kampung untuk melakukan ritual pengusiran. Namun demikian, setelah mantra-mantra mulai diucapkan, kursi itu malah bergerak semakin liar seakan marah. Bahkan, tenaga ahli spiritual itu mundur beberapa langkah, berkeringat dingin, dan memutuskan untuk menghentikan ritual.
Dia menjelaskan bahwa roh kakek tua pemilik kursi itu terlanjur melekat sangat kuat pada kayu usang tersebut, sehingga apapun usaha manusiawi berpotensi memancing kemarahannya. Oleh karena itu, satu-satunya cara adalah mengembalikan kursi itu ke tempat semula, lalu mengurungnya di toko kayu peninggalan kakek buyut yang terletak di belakang rumah.
Titik Puncak Kengerian
Kemudian, pada dini hari yang kelabu, kami memindahkan kursi goyang tua sampai ke gudang kayu. Selanjutnya, kami menutup pintu gudang dengan rantai besi, lalu menancapkan paku kayu bergambar ayat suci di sekelilingnya. Namun demikian, hanya berselang lima menit, terdengar suara gemuruh dari dalam gudang, seakan paku-paku itu tercabut satu per satu.
Kemudian, seluruh rantai berderit, lalu terlepas dengan sendirinya. Tanpa aba-aba, pintu gudang terbuka, dan kursi itu melayang keluar, menembus udara lembap Subuh yang masih pekat. Seketika entah dari mana, sosok kakek tua itu muncul, berdiri di belakang kursi. Dia menatap jemari saya dan berkata dengan suara parau, “Mengapa kau membangunkanku lebih awal?”
Akhir yang Tak Pernah Terungkap
Akhirnya, sebelum saya sempat berteriak, sosok itu menghilang, menyisakan kursi goyang yang jatuh tersungkur, berderit, dan berhenti. Namun begitu saya menoleh, kursi itu sudah kembali menempati sudut ruang tamu, siap memulai goyangan berikutnya saat azan Subuh mulai terdengar.
Sejak malam itu, kami memutuskan untuk meninggalkan rumah itu selamanya. Namun, entah bagaimana berita menyebar, rumah bertingkat kayu itu masih sering dikunjungi oleh para pemburu mistis. Bahkan, sebagian orang mengaku mendengar goyangan kursi setiap kali adzan Subuh berkumandang, padahal rumah itu tak lagi berpenghuni.
Kesehatan : Mengatasi Gondongan di Usia Muda dengan Gaya Hidup Sehat