Kaki yang Terlihat di Bawah Tirai Tapi Tidak Ada Orangnya

Kaki yang Terlihat di Bawah Tirai Tapi Tidak Ada Orangnya post thumbnail image

Ketika senja merayap masuk dan lampu taman mulai berkedip, aku pertama kali melihat kaki yang terlihat di bawah tirai tipis jendela ruang tengah. Meski sinar rembulan memantul lembut, bayangan itu tampak menakutkan. Saat itu, jantungku berdebar kencang, sementara pikiran mencoba merasionalisasi—namun rasa takut terus merayap.

Bisikan di Balik Kain

Pada detik pertama aku mendekat, terdengar bisikan halus. Kemudian, terdengar suara gesekan kain yang samar, seolah ada sesuatu yang mendorong tirai dari baliknya. Sedangkan aku, yang berdiri kaku, hanya mampu menahan napas, takut jika satu langkah lagi akan memunculkan sosok itu.

Cahaya Pucat dan Nafas Panas

Selanjutnya, aku meraba saklar lampu; namun tiba-tiba lampu di atas kepalaku padam—hanya tinggal cahaya rembulan yang masuk melalui kaca retak. Kemudian, tercium aroma hangus seperti rambut terbakar, padahal tak ada api di sekitarku. Nafasku tertahan setiap kali kuperhatikan kaki yang terlihat bergerak perlahan.

Jejak Berdarah di Lantai

Kemudian, aku menurunkan pandangan ke lantai papan kayu. Noda darah mengalir membentuk jejak menyesatkan, seolah langkah seseorang menembus ruang tanpa tubuh. Sementara itu, suara ketukan pelan terdengar di pintu belakang, menambah sensasi menyeramkan yang tak bisa dijelaskan.

Bayangan Menari di Antara Tirai

Setelah itu, aku mendekat lagi. Tiba-tiba, bayangan memanjang di belakang tirai, bergerak seperti tarian pendendam. Meski aku melihat kaki yang terlihat itu sejajar dengan lantai, aku tak bisa menemukan tubuh. Bahkan ketika aku meraba tirai, hawa dingin membeku di telapak tangan.

Suara Tawa Serak

Kemudian, dari balik tirai terdengar tawa serak yang menusuk tenggorokan. Selanjutnya, suara itu berubah menjadi erangan pilu, semakin mendekat walaupun tak ada satu sosok pun yang tampak. Sementara aku terpaku, napasku tercekat, aku menyadari bahwa tirai itu bergetar karena sentuhan tangan tak kasat mata.

Pintu yang Terbuka Sendiri

Lalu, lampu tiba-tiba menyala kembali, namun aku mendapati pintu ruang tengah separuh terbuka. Ketika aku melangkah, lantai berderit bagaikan langkah jinak kuda—meski aku yakin hanya aku yang ada di dalam rumah. Pada saat itu, kaki yang terlihat muncul lagi, menghilang saat aku berbalik sambil meraba gagang pintu.

Penampakan Tanpa Wajah

Saat aku menyalakan senter dari ponsel, sorotnya menembus kegelapan. Aku menyorot sudut ruang, dan di situ berdiri sosok kurus tanpa wajah, hanya kaki terbalut kain putih yang terpotong di bawah lutut—persis di bawah tirai. Kemudian, sosok itu mengangkat satu kaki, seakan hendak melangkah keluar, padahal tiada tubuh yang terlihat di atasnya.

Lari Terbirit-birit

Kemudian, hawa panik memuncak. Aku berbalik dan berlari ke arah tangga, membanting pintu ruang tengah di belakangku. Namun, sepatu serapahku terasa basah; darahku sendiri menetes, menandai setiap langkah. Semakin cepat aku lari, semakin keras suara langkah kaki tanpa tubuh itu mengikuti.

Kejaran di Lorong Gelap

Selanjutnya, di lorong lantai atas, aku terjebak antara dinding dan bayangan. Sukar bagiku berbalik—karena aku tahu, di balik tirai jendela kamar ujung lorong, sosok itu menunggu. Ketika aku mencuri pandang, hanya kulihat kaki yang terlihat, membeku di ambang pintu, seakan tersenyum di kehampaan.

Konfrontasi Terakhir

Akhirnya, aku menghentikan lari dan memanggil: “Siapa kamu?” Namun, hanya terdengar tawa lirih. Lalu, aku memutuskan melangkah maju, menarik tirai—dan sorotan rembulan mengungkap cermin retak di baliknya. Cermin yang memantulkan kaki yang terlihat, tetapi bayangan itu bukanlah aku; melainkan sosok lain yang hanya punya kaki.

Jejak yang Tak Terhapus

Sejak malam itu, aku meninggalkan rumah tua itu. Namun, setiap kali aku melewati tirai tipis, kupikir kulihat lagi kaki yang terlihat bergoyang perlahan. Dan walaupun orang lain tak pernah melihatnya, aku tahu, kengerian itu akan selamanya tinggal di balik kain tipis, menantiku kembali.

Gaya Hidup : Di Balik Layar: Gaya Hidup Mewah Orang Terkaya Dunia

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post