Kedatangan Pertama
Pada malam yang sunyi, wajah ibu pertama kali muncul di kaca pintu mobil milik Dita, padahal jelas tidak ada penumpang di tempat itu. Namun, seketika jantungnya berdetak kencang ketika ia melihat sosok samar tanpa gerak, seolah menatap lurus ke dalam relung hatinya. Selain itu, lampu jalan yang remang-remang memantulkan siluet pucat yang tampak menahan tangis. Setelah itu, Dita menoleh ke kursi samping, memastikan tak ada siapa-siapa. Meskipun napasnya terasa berat, ia memutar kunci untuk menyalakan mesin, berharap bayangan itu lenyap tertiup angin. Namun, ketika kota mulai sepi, wajah ibu kembali muncul dengan mata berlinang, seakan memohon agar Dita tak melajukan laju mobil terlalu cepat.
Bayangan di Kursi Belakang
Selanjutnya, tatapan dingin itu berpindah ke kaca tengah, menyingkap sosok ibunya—penuh luka dan air mata—padahal Dita sendirian di jok depan. Selain itu, suara pintu belakang bergemeretak pelan, membuat jantungnya seakan berhenti beberapa detik. Namun, ia berusaha tenang dan menoleh ke cermin dalam, hanya untuk melihat kursi kosong. Padahal, bayangan itu terus melekat di kaca, menunggu. Karenanya, Dita terpaksa menepi ke bahu jalan, menyalakan lampu hazard, dan menahan gemetar. Setelah menenangkan diri, ia menutup mata sejenak, lalu membuka lagi—sosok itu sudah lenyap, meninggalkan rasa dingin tak terjelaskan.
Suara Bisikan Mencekam
Kemudian, saat Dita menepikan mobil di sebuah pom bensin tua, suara bisikan parau tiba-tiba terdengar dari arah kaca samping. Bahkan, suaranya menyerupai nyanyian pengantar tidur yang terdistorsi, membuat darahnya beku. Selain itu, aroma parfum ibu—yang sudah lama berpulang—tercium samar di dalam kabin. Meskipun ia mencoba membuka pintu, pegangan terasa berat, seolah ada tangan halus menahan. Sementara itu, lampu neon pom bensin berkelip tak beraturan, mempertegas kesan ada yang “hidup” di balik kaca. Padahal, tak ada makhluk lain di sekitar, kecuali gemuruh mesin mobil tua terparkir di sampingnya.
Pencarian Jejak Kelam
Selanjutnya, keesokan harinya, Dita menyelidiki sejarah pom bensin itu. Namun, warga setempat menghindar saat ia bertanya mengenai tragedi kecelakaan ibu ibunya di jalan ini, bertahun lalu. Selain itu, dalam arsip koran kuno, disebut bahwa sosok ibu Dita terlibat kecelakaan misterius yang tak pernah terungkap penyebabnya. Setelah itu, satu persatu saksi mengatakan melihat kabut pucat di sekitar pom, lalu sosok wanita berkain putih berjalan di pinggir jalan. Karena itu, Dita sadar bahwa wajah ibu bukan sekadar fatamorgana—melainkan panggilan arwah yang belum tenang.
Konfrontasi di Jalan Sepi
Kemudian, pada malam Jumat, Dita memberanikan diri melakukan “ritual” permohonan ampun di lokasi kecelakaan. Karena hanya bulan purnama yang menerangi jalan, bayangan pohon kering menciptakan siluet menyeramkan. Selain itu, angin bergemuruh seolah membawa suara erangan halus. Meskipun ragu, Dita menyalakan lilin, meneteskan air suci, dan membaca doa pengantar. Namun, tiba-tiba mesin mobil yang diparkir menyala sendiri, menyeret hawa dingin masuk ke kabin. Tak lama, wajah ibu muncul lagi—kali ini menitikkan darah di pipi pucatnya—melihat Dita dengan kesedihan yang menyayat.
Akhir Penuh Misteri
Akhirnya, setelah membaca doa sampai habis, lilin padam seketika. Padahal, mobil yang semula menyala mendadak mati total, membuat kesunyian semakin pekat. Namun, ketika Dita membuka pintu, sosok bayangan lenyap tertiup embusan angin malam. Meski demikian, kaca depan masih berkabut—membentuk siluet samar wajah ibu yang tersenyum tipis, seolah berterima kasih. Dengan demikian, Dita pulang dengan perasaan campur aduk: lega karena arwah ibunya tampak lebih tenang, tetapi juga ketakutan—karena bisikan terakhir menyuruhnya selalu berhati-hati ketika melihat kaca mobil kosong.
Alam & Lingkungan : Sejarah dan Keindahan Danau Bedugul yang Menakjubkan