Gigi Emas Bergetar di Lidah Mayat Kuburan Kutai

Gigi Emas Bergetar di Lidah Mayat Kuburan Kutai post thumbnail image

Desas-desus Dari Kuburan Kutai

Di pinggiran Kutai Kartanegara, berdiri sebuah kompleks pemakaman tua yang nyaris dilupakan. Warga sekitar menyebutnya Kuburan Kutai, tempat di mana banyak pekerja tambang dimakamkan tanpa nisan. Di antara cerita yang beredar, satu kisah terus hidup hingga kini — tentang gigi emas yang konon bergetar di lidah seorang mayat setiap malam Jumat.

Bagi warga sekitar, kuburan itu bukan sekadar tempat kematian, tapi juga simbol kutukan bagi siapa pun yang tamak.


Mayat dengan Gigi Berkilau

Beberapa tahun lalu, seorang penambang bernama Kadir ditemukan tewas tertimbun longsor di area tambang. Saat jenazahnya diangkat, warga terkejut melihat sesuatu berkilau di antara bibirnya. Ketika sinar lampu petromaks menyorot lebih dekat, tampak gigi emas menyala samar, seolah menyimpan cahaya sendiri.

Kadir dikenal sombong dan suka pamer. Ia sering menertawakan teman-temannya yang hidup sederhana. Beberapa hari sebelum kematiannya, ia bahkan menanamkan sebatang emas kecil di gusinya sebagai tanda kesuksesan. Kini, benda itulah yang menjadi sumber kutukan yang ditakuti warga.

“Setiap malam, terutama saat bulan purnama, kuburan Kadir memantulkan cahaya,” cerita Pak Gani, penjaga makam. “Bukan pantulan lilin, tapi dari gigi emas-nya sendiri.”


Malam Ketika Tanah Bergerak

Suatu malam, tiga remaja nekat datang ke kuburan. Mereka ingin membuktikan kebenaran legenda. Salah satunya, Damar, membawa kamera ponsel. Dua lainnya, Rino dan Jefri, membawa senter dan cangkul kecil.

“Kalau benar giginya emas, kita ambil aja. Bisa dijual,” bisik Rino serakah.

Saat mereka tiba, udara terasa berat. Angin berhenti, tapi daun bambu bergoyang sendiri. Lampu senter Rino bergetar, lalu padam seketika. Dari dalam tanah, terdengar suara seperti sesuatu yang bergetar cepat — drdrdrdr…

Jefri berjongkok, menempelkan telinga ke tanah. “Ada getaran,” katanya gugup. Namun sebelum sempat bangkit, tanah di depan mereka merekah, mengeluarkan suara lirih seperti seseorang menggumamkan doa. Dari celah tanah yang terbuka, muncul sinar redup berwarna keemasan.

Damar mendekat dan menyinari dengan ponsel. Mereka melihat sesuatu yang tak akan pernah mereka lupakan — gigi emas menyembul dari lidah mayat yang tampak masih utuh, bergetar pelan seperti sedang tertawa.


Jeritan di Tengah Malam

Ketiganya kabur ketakutan. Namun keesokan harinya, hanya Damar yang kembali ke rumah. Ia ditemukan gemetar di teras, dengan mata kosong dan bibir bergetar tanpa suara. Rino dan Jefri menghilang tanpa jejak.

Polisi datang, menggali kuburan Kadir. Anehnya, makam itu kosong. Tak ada tubuh, tak ada tulang, hanya tanah basah dan bekas lingkaran berwarna hitam. Di tengahnya tergeletak satu benda kecil berkilau — gigi emas.

Petugas yang memegang benda itu seketika menjerit, lalu jatuh pingsan. Setelah sadar, ia mengaku mendengar bisikan dari dalam benda itu.

“Aku belum selesai… masih haus emas…”


Arwah yang Kembali

Beberapa minggu kemudian, warga mulai diganggu mimpi aneh. Mereka bermimpi gigi mereka tanggal satu per satu, lalu mengalir keluar darah bercampur kilauan logam. Setiap kali terbangun, satu gigi mereka benar-benar hilang.

Sementara itu, Damar mulai berubah. Ia jarang bicara, matanya sayu, dan giginya perlahan berubah kekuningan seperti logam. Ibunya panik dan membawa Damar ke dukun kampung. Saat mantra dibacakan, Damar memuntahkan benda keras kecil — gigi emas yang sama seperti milik Kadir.

Dukun itu langsung menenggelamkan benda itu ke dalam air suci. Namun, permukaannya bergetar, memantulkan cahaya ke dinding ruangan. “Benda ini milik arwah yang belum tenang,” kata sang dukun. “Selama gigi emas ini belum dikembalikan ke kuburannya, roh Kadir akan terus mencari tubuh baru.”


Penggalian Terakhir

Malam Jumat berikutnya, ritual pengembalian dilakukan. Dukun bersama warga menuju Kuburan Kutai dengan membawa gigi tersebut. Udara begitu dingin, meski tanpa angin. Saat mereka menggali tanah bekas makam Kadir, tanah itu seperti berdenyut pelan.

Ketika lubang cukup dalam, dukun menaruh gigi emas di tengah tanah. Namun tiba-tiba, tanah bergetar keras, dan dari bawah muncul tangan berwarna hitam menggenggam benda itu kuat-kuat. Suara tertawa berat menggema, membuat semua orang mundur.

Lidah panjang keluar dari celah tanah, menjerit dan menggeliat, lalu lenyap bersama sinar emas yang memudar perlahan. Setelah itu, kuburan menjadi tenang kembali.


Sumpah di Bawah Tanah

Sejak malam itu, tak ada lagi gangguan di Kuburan Kutai. Namun orang-orang tetap menghindarinya. Warga percaya bahwa gigi emas tersebut masih tertanam di dalam sana, menunggu siapa pun yang tamak datang mencarinya lagi.

Pak Gani, yang masih menjadi penjaga makam, sering mendengar bunyi getaran halus dari arah kubur itu setiap Jumat malam. “Kayak suara logam diketuk dari dalam,” katanya. “Seolah dia masih mau keluar.”

Suatu sore, ia menemukan lubang kecil di atas makam. Di dalamnya, ada satu gigi berwarna kuning mengilap yang bergerak sendiri. Pak Gani menutup lubang itu dengan batu besar, lalu berdoa tanpa henti hingga matahari terbenam.


Kilau Yang Tak Pernah Padam

Kini, Kuburan Kutai tetap menjadi misteri yang hidup. Beberapa warga baru yang tak tahu cerita sering penasaran datang malam hari, hanya untuk mendengar bunyi getaran samar dari tanah. Kadang, suara itu diikuti aroma logam yang tajam, seperti bau darah berkarat.

Mereka yang nekat menatap tanah terlalu lama mengaku melihat bayangan wajah tersenyum samar — bibir hitam, lidah panjang, dan di ujungnya, gigi emas bergetar halus seperti memanggil mangsa berikutnya.

Bagi warga lama, legenda itu sudah menjadi peringatan: jangan pernah tamak terhadap kekayaan, sebab tidak semua yang berkilau adalah rezeki. Kadang, kilau itu adalah kutukan yang menunggu untuk menelan nyawa baru.

Food & Traveling : Liburan Akhir Pekan Hemat ala Pelajar dan Mahasiswa

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post