Apa jadinya jika kamu menemukan celah untuk kembali ke dunia nyata, tapi harus mengorbankan satu hal: seseorang harus menggantikanmu?
Itulah kenyataan yang kutemukan, saat berjalan tanpa arah di dunia bayangan.
Bayangan yang Bicara
Aku tak tahu sudah berapa lama aku berada di sini. Waktu tidak berjalan. Matahari tidak terbit. Hanya ada senyap, dan puluhan “aku” lain yang berkeliaran tanpa tujuan.
Sampai seseorang—atau sesuatu—datang padaku.
Dia tidak seperti yang lain. Pakaiannya hitam, matanya kosong, tapi ketika dia bicara, suaranya seperti gema di dalam kepalaku.
“Kamu ingin kembali?”
Aku mengangguk.
“Maka gantilah tempatmu dengan yang baru.”
Aku tak mengerti. Tapi dia mengulurkan tangannya, dan seketika aku melihat dunia nyata—tapi dari dalam cermin. Rumahku. Tubuhku. Hidupku. Masih dijalani oleh si doppelgänger.
Namun kali ini, aku bisa melihat semuanya dari sisi seberang.
Kunci: Cermin yang Retak
Ternyata, hanya satu cermin yang menghubungkan dunia bayangan dengan dunia nyata. Tapi cermin itu harus retak oleh kehendak yang kuat—bukan oleh benda, tapi oleh emosi: marah, takut, atau dendam.
Aku mulai mengingat… dulu aku pernah memecahkan cermin kamar mandi karena frustrasi dengan hidupku. Mungkin, saat itulah jalanku terbuka.
Sekarang, aku harus membuat pengganti itu kehilangan kendali. Harus ada sesuatu yang membuatnya takut… atau marah… cukup untuk menghancurkan cermin itu dari dalam.
Mengganggu dari Dalam
Dengan bantuan penghuni bayangan lain, aku mulai mengganggu pikirannya. Muncul di mimpinya. Mengubah bayangannya sendiri. Membuat benda-benda kecil berpindah tempat.
Lalu satu malam… dia berdiri di depan cermin kamar mandi.
“Kamu… masih di sana?” bisiknya. Tangannya gemetar.
Saat itulah aku berteriak sekuat-kuatnya dari sisi seberang.
Dan dia… memukul cermin itu.
Retakan menyebar seperti jaring laba-laba.
Aku merasa tubuhku seperti disedot. Dunia bayangan berputar. Semua cahaya menyatu. Lalu—gelap.
Aku Kembali… Tapi Tidak Sendiri
Saat membuka mata, aku sudah berada di rumahku. Di tubuhku. Tapi ada yang tidak beres.
Semua terasa… lambat. Kulitku dingin. Dan ketika kulihat ke cermin—cerminnya utuh.
Aku merasa ada sesuatu yang ikut kembali bersamaku. Sesuatu dari dunia bayangan.
Malam itu, suara-suara mulai terdengar dari dalam rumah. Tangisan. Bisikan. Bayanganku bergerak sendiri.
Dan saat aku tidur… aku bermimpi tentang ratusan versi diriku—semua tersenyum, semua menatap tajam.
Mereka ingin pulang juga.
Kesimpulan: Tidak Ada Jalan Keluar
Aku pikir aku berhasil. Tapi ternyata, kembalinya aku bukan akhir… melainkan permulaan.
Cermin itu masih di sana. Dan setiap kali aku menatapnya, aku melihat sesuatu di belakangku. Kadang berdiri diam, kadang meniru gerakanku… tapi selalu dengan jeda satu detik.
Dan aku tahu, cepat atau lambat… mereka akan mencoba menggantiku lagi.
Jadi kalau suatu saat kamu merasa bayanganmu tidak sinkron, atau cerminku di rumah retak tanpa sebab…
Jangan menatapnya terlalu lama.
Jangan beri dia kesempatan untuk masuk.
baca juga Cerita Horor part sebelumnya Kamar yang Tidak Pernah Sepi