Sejak awal malam menjelang, boneka tertawa itu sudah tampak memenuhi sudut pandangku. Ketika pertama kali kulihat, aku langsung merasa ada sesuatu yang tidak wajar. Meskipun tertutup rapat oleh debu dan sarang laba-laba, boneka tertawa itu tersenyum dengan wajah seolah berdenyut, seakan menunggu seseorang untuk menekan tombol yang tidak pernah ada.
Suara di Tengah Sunyi
Awalnya, aku hanya mendengar dentingan kayu tipis. Kemudian, terdengar suara tawa pelan yang samar, hanya sesekali. Walaupun buram di telinga, aku tahu itu suara boneka tertawa—padahal di rak kayu tua tidak ada baterai maupun mekanisme yang terlihat. Sementara itu, jantungku berdetak makin kencang setiap kali aku berusaha mendekat.
Misteri Rak Kayu
Selanjutnya, aku beralih ke rak kayu berwarna pudar yang terletak di pojok ruang tamu rumah peninggalan nenek. Rak itu penuh koleksi antik—dari boneka porselen hingga botol kaca keramat. Namun, hanya satu benda yang memicu ketakutan: boneka tertawa kecil yang posisi tangannya tampak seolah siap menekan sesuatu.
Tiba-tiba Terang Redup
Ketika aku mengulurkan tangan untuk menyentuh boneka tertawa, lampu gantung di atas kepalaku tiba-tiba meredup dan terang lagi dalam sekejap. Seketika itu juga, tawa kecil bergema, makin nyaring, seolah boneka itu memang sedang bekerja tanpa baterai. Terlebih lagi, bayangan panjang di belakang boneka seakan menari—padahal tidak ada yang bergerak kecuali udara dingin yang masuk lewat jendela retak.
Jejak Kaki di Lantai
Kemudian, aku menurunkan pandanganku ke lantai kayu yang berderit. Jejak kaki basah terbentuk, menelusuri dari pintu ke rak tempat boneka tertawa itu berdiri. Meskipun lantai itu sudah bertahun-tahun tak tersapu, jejak tadi tampak baru tertinggal. Dan setiap jejak mendekat, suara tawa boneka tertawa semakin parau—seperti seruan arwah yang terjebak di dalam kayu.
Nafas Tak Terkendali
Darahku mendidih ketika aku menelusuri jejak langkah itu. Lalu, aku mendengar bisikan, samar namun memaksa: “mainkan aku.” Walau rasa ngeri merambat, aku terhipnotis untuk mengangkat boneka tertawa. Seketika, hawa dingin menusuk tenggorokan, membuatku sulit bernafas.
Kebenaran yang Tersembunyi
Beberapa tahun silam, nenekku pernah bercerita tentang pembantu rumah tangga yang hilang tanpa jejak. Padahal, ia selalu dekat dengan boneka tertawa—konon boneka itu hadiah terakhir mendiang. Namun, tidak ada baterai atau ulir di dalamnya. Hanya, setiap tawa terdengar, suatu energi gelap melekat pada boneka itu.
Puncak Terror
Hingga akhirnya, aku mengguncang boneka tertawa dengan kekuatan paling besar. Entah mengapa, semua lampu di rumah padam total, hanya sinar rembulan yang berhasil menerobos kaca jendela. Seketika, tawa berubah menjadi jeritan memilukan. Kemudian, sosok berkabut muncul di belakang rak kayu, menggapai boneka tertawa—dan merenggutnya dariku.
Pelarian Panik
Lalu, aku berbalik dan berlari terbirit-birit keluar rumah. Tanah berkerikil berhamburan di bawah kakiku, dan setiap langkah memecah keheningan. Meski tubuhku gemetar hebat, aku terus berlari sampai jauh dari rumah tua itu. Namun, meski jauhnya puluhan meter, aku masih mendengar—boneka tertawa, tawa pelan di kejauhan, memanggil namaku.
Sekarang, setiap kali aku melewati toko barang antik, aku selalu merasa daguku mengeras. Sementara itu, di kepalaku terus terngiang suara boneka tertawa, seolah ingin menarikku kembali ke rak kayu tua. Meskipun aku tahu tak ada baterai, suara itu tak pernah berhenti—karena arwah yang tersimpan di dalam boneka tertawa tak pernah ingin pergi.
Gaya Hidup : Yacht Race & Ekstrem Sport: Adrenalin Sultan Dunia