Bisikan Malam di Lorong Tua: Jejak Langkah yang Menghantui

Bisikan Malam di Lorong Tua: Jejak Langkah yang Menghantui post thumbnail image

Malam yang Membeku

Jejak langkah itu terdengar jelas di lorong tua, meski tak ada seorang pun yang kulewati. Seketika, detak jantungku pun berdegup kencang. Padahal, sebelumnya suasana begitu hening, seolah dunia menahan napas. Namun, oleh karena itu aku memilih melangkah lebih pelan, dengan senter yang bergetar di tangan, sehingga sinarnya menari di dinding retak dan lumut, memunculkan bayangan merambat. Terlebih lagi, angin malam tiba‑tiba berhenti, meninggalkan kesunyian mencekam.

Bisikan di Balik Bayangan

Kemudian, di ujung lorong, kudengar bisikan lirih—suara perempuan yang merintih. Aku menahan nafas, meski udara dingin menusuk paru. Sementara itu, bayangan gelap menari di sudut pandangku, dan sekilas terlihat sosok berambut panjang dengan mata kosong. Selanjutnya, lantai berderit sendiri di bawah pijakanku, sehingga rasa takut semakin menebal. Bahkan, senterku meredup dan padam seketika, meninggalkan kegelapan absolut yang menelan setiap detil.

Detak Jantung yang Memekik

Meskipun napasku sudah sesak, aku memaksa senter menyala kembali. Namun cahaya itu hanya menyingkap sosok wanita berbaju putih lusuh, berdiri kaku, matanya menatap kosong padaku. Derai air matanya mengalir, lalu tangannya menunjuk ke lorong belakang. Aku ragu, tetapi terpaksa bergerak menuruti arah itu. Oleh karenanya, langkahku berubah tergesa, tertatih, sementara bayangan sosok itu mengikutiku—selangkah demi selangkah—seolah membisikkan dendam.

Pertemuan dengan Sosok Tak Kasat Mata

Kemudian, tiba‑tiba, sosok itu menghilang, digantikan aroma busuk dan desahan panjang. Aku tersentak, lalu menoleh; lorong itu kosong, kecuali pintu kayu tua di ujung. Dengan tangan gemetar, aku meraih gagang pintu itu. Setelah itu, terdengar jeritan memilukan dari balik pintu—jeritan seorang ibu kehilangan anaknya, atau mungkin jeritan arwah yang direnggut nyawanya. Karena itu, aku menarik napas dalam, lalu membuka perlahan…

Akhir yang Membekas

Langkahku terhenti sesaat saat pintu terbuka. Di baliknya, tak terlihat seorang pun, tetapi lantai dipenuhi jejak kaki berlumuran lendir pekat, hingga dinding tersapu goresan panjang—seperti kuku mencoba meloloskan diri. Tiba‑tiba, rekaman bisikan itu menggema mengelilingiku, menjerit, memintaku pulang, pulang untuk selamanya. Namun aku tahu, meski aku berhasil keluar, malam itu jejak langkah berhantu di lorong tua itu akan selamanya menghantuiku.

Inspirasi : 5 Langkah Menguatkan Iman di Tengah Tantangan Hidup

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post