Bayangan Merangkak di Tangga Batu Kuno yang Terlupakan

Bayangan Merangkak di Tangga Batu Kuno yang Terlupakan post thumbnail image

Kembali ke Asal

Pada malam pertama tiba, Damar langsung merasakan bayangan merangkak di tangga batu begitu ia menginjakkan kaki di teras rumah tua keluarganya. Selain itu, aroma lembap dan debu beterbangan menyambut langkahnya, seolah membawa bisikan sejarah kelam. Meski demikian, ia tetap melangkah mantap, karena hasratnya untuk menjual rumah warisan itu lebih besar daripada rasa takut. Namun, seiring angin malam mendesir, Damar mulai mendengar suara berderit—sesuatu yang tak wajar untuk sebuah tangga batu.

Bisikan di Lorong Bawah Tanah

Kemudian, Damar menemukan pintu kayu lapuk yang tersembunyi di balik lemari antik ruang tamu. Setelah menahan napas, ia membuka pintu itu dan menatap lorong sempit dengan tangga batu menurun. Hanya dengan senter di tangan, ia melangkah turun, meski napasnya tercekat. Tak hanya suara berderit, kali ini terdengar pula bisikan pelan: “Turun… turun…” yang membuat bulu kuduknya meremang. Meski begitu, rasa ingin tahunya semakin membara, sehingga ia terus melangkah—meski ragu.

Rekaman Malam Pertama

Setelah itu, pada malam kedua, Damar memasang kamera pengawas menghadap tangga batu. Ia berharap bukti “halusinasi” itu tak hanya menempel dalam ingatan. Kenyataannya, pukul 02.17 dini hari, kamera menangkap sosok gelap melenggang naik, bergoyang seperti cairan pekat. Rekaman memperlihatkan bayangan merangkak di tangga batu dengan gerakan patah-patah dan menakutkan. Selain itu, terdengar juga suara napas berat di latar—sesuatu yang jelas bukan milik Damar.

Catatan Pamanku

Kemudian Damar menelusuri rak buku tua—dan menemukan jurnal pamannya, Surya, di balik tumpukan piring antik. Jurnal kuno itu menjelaskan bahwa rumah tersebut pernah jadi tempat ritual sekte rahasia. Paman Surya, sebagai okultis amatir, membuka “gerbang” di bawah tangga batu untuk memanggil entitas. Jurnal mencatat: “Ia terperangkap di antara dua dunia, merangkak naik, menuntut korban…” Membacanya membuat Damar yakin, bayangan merangkak di tangga batu bukan sekadar arwah penasaran, melainkan wujud yang lapar akan jiwa hidup.

Teror yang Membesar

Seiring waktu, gangguan menjadi semakin intens. Bahkan di siang hari, Damar mendengar ketukan di balik dinding batu. Hari demi hari, ia terjaga oleh bisikan tak kasat mata. Selain itu, bayangan itu mulai muncul di sudut mata, lalu menghilang ketika ia menoleh. Dan meski ia menutup mata, rasa dingin merayap di tulang punggungnya. Damar sadar: makhluk itu tak akan berhenti sampai ia menghentikannya—atau sampai nyawanya terkoyak.

Pelarian yang Gagal

Akhirnya, Damar memutuskan kabur pada malam ketiga. Ia meraih kunci mobil dan berlari ke pintu depan. Namun, pintu itu tak mau terbuka—seolah ditahan kekuatan gaib. Sementara itu, dari belakangnya terdengar suara batu digesek dan teriakan manusia tercekik. Saat ia menoleh, ia melihat bayangan merangkak di tangga batu sekarang sudah menjejak di lantai atas, mendekat dengan langkah patah. Hatinya berdegup kencang, dan ia berlari ke taman belakang, berharap bisa memanjat pagar. Namun pagar itu tinggi dan licin, membuatnya terjatuh ke tanah becek.

Titik Balik dan Akhir Mencekam

Setelah terkapar, Damar bangkit dan mendengar suara napas berat di pundaknya. Ia berbalik dan menyadari makhluk itu kini berdiri tegak—bentuknya memanjang, tanpa wajah, tangan dan kakinya bengkok ke arah tak wajar. Dengan suara gemetar, Damar memohon ampun. Namun sebelum makhluk itu menyentuhnya, tiba-tiba sebuah kilatan cahaya menyala: seorang tetangga, Pak Hasan, menyorot senter besar sambil berteriak. Makhluk itu menghilang begitu saja, lenyap seperti kabut di pagi hari.

Keesokan harinya, Damar memutuskan meninggalkan rumah itu selamanya. Tetapi jurnal pamannya masih tertinggal di rak buku. Ia menatap lembar terakhir yang robek, di situ tertulis: “Gerbang tertutup, tetapi bayangan akan merangkak lagi.” Kini, setiap kali malam tiba, Damar terjaga kedinginan—ingatannya kembali ke bayangan merangkak di tangga batu. Dan ia tahu, teror itu belum usai. Mungkin suatu hari, ia harus kembali, atau korban berikutnya akan terpikat oleh lorong gelap yang menyimpan jiwa-jiwa terperangkap.

Berita Terkini : Mengapa Harga Emas Dunia Meroket di 2025? Simak Analisisnya

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post