Babi Ngepet Memburu Kaya dengan Darah dan Dosa

Babi Ngepet Memburu Kaya dengan Darah dan Dosa post thumbnail image

Babi Ngepet menyeruak dari kabut pekat saat malam menjelang di desa kecil tepi hutan. Awalnya, semua tampak sunyi sekalipun derang serangga dan desir angin beradu di atap bambu. Namun, tiba-tiba pintu pondok milik Pak Jaya terbuka sendiri, lalu tertutup dengan dentingan kayu tua yang mengiris sunyi. Tanpa dapat dihentikan, rasa takut itu menebal, mengekang setiap detak jantung warganya menjadi satu simfoni ketakutan.

Keanehan di Balik Pundak Babi

Pertama-tama, warga menemukan jejak kaki babi besar berlumur tanah hitam—tapi yang paling mengerikan, tiap jejak menyisakan jejak basah yang tak pernah kering hingga pagi menjelang. Selanjutnya, suara dengkuran berat bergema di antara suara jangkrik, melantun seperti panggilan iblis. Bahkan bambu keranda makam pun bergetar, seolah menolak adanya kehadiran makhluk asing itu.

Ritual Gelap yang Membuka Pintu Neraka

Sebelumnya, Pak Wira, saudagar kaya yang ingin cepat kaya, pernah terlihat berkelana malam-malam ke hutan terlarang. Ia menggadaikan nuraninya kepada dukun tua, menukarkan darah kerabatnya dengan kekayaan instan. Setelah itu, sesosok babi besar berpijar mata merah muncul di pekarangan. Namun demikian, warga tak berani memburu, sebab katanya setiap babi ngepet dijaga oleh roh penjaga yang tak kasatmata.

Bisikan yang Memecah Tulang

Kemudian, di tengah malam, bisikan halus terdengar dari balik bambu: “Berikan nyawamu, maka rezeki akan mengalir.” Suara itu menembus telinga, menjadikan hati beku. Bahkan saat lampu pelita di rumah Rini bertiup padam, ia merasakan napas berat mendekat dari belakang. Selanjutnya, kegelapan berkeringat, dan wajah pucat manusia setengah babi menampakkan diri di ambang pintu.

Tarian Darah di Pekarangan

Lalu, tanah di pekarangan Pak Wira terbelah, memancarkan aroma ambar busuk. Darah kerabatnya—tumbal—menguap ke udara, menjadi kabut merah yang menari mengelilingi desa. Sementara itu, warga yang penasaran menonton dari kejauhan, merasakan bulu kuduknya meremang. Bahkan seorang kakek yang gagah berani turun tangan, tubuhnya terseret ke dalam rongga tanah sebelum terlihat lagi, matanya kosong menatap langit malam.

Suara Pengejaran Tak Terkira

Kemudian datang teriakan panik. Babi Ngepet menerjang rumah ke rumah, mengamuk tanpa ampun. Geram oleh aroma emas dan koin perak, makhluk itu merobek pintu kayu, menelan apa saja yang mudah dibawa lari. Bahkan sumur tua yang dulu jadi sumber air, kini berisi reruntuhan emas palsu—jebakan maut yang membuat siapa pun yang mengambilnya harus membayar dengan darah.

Konfrontasi di Tengah Gerimis

Pada fajar keempat, hujan rintik menyuramkan sisa-sisa malam. Barulah beberapa pemuda desa, dipimpin Roni, berani mengatur penyergapan. Dengan tombak berpalka keramat dan minyak pelindung, mereka mengintai di balik pepohonan. Sementara gerimis jatuh, mereka mendengar suara untaian rantai besi—tanda roh penjaga Babi Ngepet mendekat.

Pukul Raungan Terakhir

Akhirnya, saat makhluk itu muncul, rantai di kakinya berderak membawa dentuman yang mengguncang tanah. Roni maju, menancapkan tombaknya ke samping tubuh babi ngepet. Walau tombak sempat bergetar hebat, makhluk itu meraung laksana badai. Namun, nyala pelita keramat yang mereka bawa menjerat bayangan hitam, memaksa babi ngepet berurai menjadi kabut.

Sisa-Sisa Kengerian

Beberapa detik kemudian, kabut itu lenyap. Desa sunyi, namun gema teror masih menggantung. Tubuh babi terbujur kaku di tanah, mata yang semula merah kini pudar. Warga mengerumuni dengan campuran lega dan ngeri. Meski berhasil dibunuh, bisikan terakhirnya masih terngiang: “Kutunggu kalian… di jiwa…”

Kini, setiap kali senja turun, warga menutup pintu rapat-rapat, menyalakan pelita keramat, dan berdoa agar kegelapan tak lagi membawa keserakahan menjadi pembalasannya. Babi Ngepet mungkin sudah mati, tetapi bayangannya tetap hidup dalam bisikan angin dan riak air, menjanjikan kekayaan dengan harga kemanusiaan.

Alam dan Lingkungan : Cara Mengurangi Polusi Udara di Kota-Kota Besar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post